Rabu, 08 Juni 2011

WAHAI SAUDARAKU ! TERIMALAH NASEHAT INI


Segala puji hanya milik Allah yang Esa. Shalawat dan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam beserta keluarga dan pengikutnya hingga hari kiamat.
Risalah ini kami tulis dalam rangka menasehati saudara-saudara kami, berangkat dari sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : الدِّينُ النَّصِيحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Dari Tamiim Ad Daari radhiallahu ‘anhu, “Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda : Agama itu adalah Nasehat , Kami bertanya : Untuk Siapa ?, Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim” [Muslim no. 55].
Hari-hari ini kita dapatkan pada para pemuda yang cukup bersamangat terhadap jihad mengalami satu kesalahan berfikir. Mereka menganggap bahwa jihad dan mujahidin tidak akan terlepas dari kesalahan. Sehingga perkataan orang-orang yang memberikan pelurusan pada para ihwah mujahidin yang datangnya bukan dari orang-orang yang sedang mengangkat senjata mereka tolak. Padahal masukan tersebut benar secara dalil dan akal.
Sebaliknya, seluruh perkataan dari orang-orang yang berada di medan jihad dianggap sebuah kebenaran mutlaq. Walau sebanarnya itu tidak dilandaskan dalil yang kuat dan tidak bisa dibenarkan secara akal. Menurut mereka, kebenaran adalah apa yang datangnya dari ahlustsughur dan jihad walaupun menyelisihi nas kitab dan sunnah, sedangkan kesalahan terletak kepada orang-orang yang menyelisihi ahlus tsughur. Dengan kata lain bahwa jihad dan mujahidin tidak mungkin melakukan kesalahan.

Imbasnya sangat besar. Yaitu menolak kritikan yang datang dari saudara-saudaranya yang dianggap [ menurut mereka ] duduk dan tidak mau berjihad walaupun ia seorang yang ahlut taqwa dan ahlul ilmi.
Maka seorang mujahid jika dia senantiasa berjihad dan berperang, dia selalu dalam kebenaran. Sedangkan orang yang hari ini belum sempat berjihad walaupun ia ahlul ilmi dan taqwa tetap dianggap salah dan batil.
Para ihwah ini menggunakan dalil dalam rangka menguatkan pendapat mereka dengan firman Allah Ta’ala :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [ QS. Al Ankabut : 69 ].
Mereka katakan : inilah dalil yang menjamin bahwa mujahidin yang berperang dijalan Allah akan selalu mendapatkan hidayah. Maka jika terjadi perbedaan pendapat dengan selain mereka, pastilah kebenaran dipihak mereka. Sedangkan yang menyelisihi mereka diatas kebatilan. Semua ini dilakukan tanpa melihat dalil dari dua belah pihak, manakah yang paling dekat dengan al qur’an dan as sunnah.
Makna dari ayat
Apa sebenaranya makna dari ayat diatas menurut ahlul ‘ilmi dan mufassirin ?.
Imam As Syaukani berkata : yaitu bersungguh-sungguh dalam mencari ridho Allah Ta’ala dalam segala urusan, serta mengharap kepada Allah dari kebaikan, pasti akan kami beri petunjuk mereka jalan kami, yaitu jalan menuju petunjuk Kami.
Imam al Qurtubi dalam tafsirnya berkata : yaitu yang memerangi orang-orang kafir karena Kami. Yaitu dalam rangka mencari ridho Kami. Dan berkata as Suday dan lainnya : Ayat ini turun sebelum diwajibkannya jihad. Berkata Ibnu ‘Athiyyah : ia adalah sebelum jihad yang kita pahami, akan tetapi ia jihad secara umum yaitu bersungguh-sungguh pada din Allah Ta’ala dan mencari ridho-Nya.
Kami tidak mengingkari bahwa sebagian ahlut tafsir memasukkan para mujahid yang memerangi musuh masuk dalam ayat ini. Bahkan ada perkataan para salaf :
إِذَا رَأَيْتَ النَّاسَ قَدْ اِخْتَلَفُوْا فَعَلَيْكَ بِالْمُجَاهِدِيْنَ، وَأَهْلُ الثُّغُوْرِ
Jika kalian melihat manusia telah berselisih, maka hendaklah kalian kembalikan kepada mujahidin dan ahluts tsughur [ tafsir al qurtubi 13/365 ].
Tidaklah kita membantah dalil diatas, akan tetapi yang kita ingin luruskan bahwa memaknai jihad hanya pada mereka yang memegang senjata sedangkan yang selain mereka dianggap bukan, padahal ayat tersebut turun di Makkah sebelum disyari’atkannya jihad dengan pedang.
Sedang Allah Ta’ala berfirman dalam ayat yang lain :
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dan bertakwalah kepada Allah. Allah mengajarmu. dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [ Al Baqarah : 286 ].
Taqwa pada Allah Ta’ala lebih umum dibandingkan memerangi musuh dan membunuhnya. Perang terhadap musuh, memerangi hawa nafsu dan yang lainnya, semua itu akan membawa seorang hamba tunduk dan taat serta mengikuti syari’at secara dhohir dan batin terhadap nas-nas syar’i. dari sinilah, jika seseorang telah mencapai derajat taqwa, Allah akan mengajarkan kepadanya ilmu sehingga bermanfaat untuknya dan saudaranya.
Wahai saudaraku, lihatlah pada imam yang empat, Abu Hanifah, Malik, As Safi’I, dan imam Ahmad rahimahumullah. Mereka semua belum sempat pergi ke medan jihad dan menjadi ahlus sutghur. Akan tetapi perkataan mereka menjadi rujukan ummat hingga saat ini. Bahkan para ulama’ ahlust sughur merujuk pada pendapat-pendapat mereka. Bahkan tidak ada yang mengatakan bahwa pendapat mereka tertolak karena tidak termasuk ahluts tsughur.
Sebaliknya Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqofi, ia termasuk ahlul jihad dan tsughur. Lewat tangannya negeri-negei dutundukkan. Akan tetapi selalu terkenang kejelekan di hati ummat sebagai orang yang dholim. Tidak ada satupun ummat yang mengambil perkataan dan ilmunya, apa lagi mengatakn bahwa Hajjaj bin Yusuf lebih paham dan lebih pandai dibandingan imam yang empat karena termasuk ahlut tsughur.
Ketahuilah wahai saudaraku !. tidak ada yang ma’sum di dunia ini kecuali Rasulullah sallahu alaihiwasallam. Sedang orang selain beliau entah ia ahlut tsughur atau bukan tidak pernah luput dari kesalahan. Setiap orang kadang benar dan kadang salah. Kita ambil yang benar dan kita buang yang salah.
Kalau ada pertanyaan, terus apa yang bisa kita jadikan setandart jika terjadi perselisihan ?. Maka jawabannya adalah al kitab dan as sunnah. Allah Ta’ala berfirman :
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [ QS. An Nisa’ : 59 ].
Penutup
Jihad membutuhkan komponen yang sangat banyak. Ada diantara mereka yang menjadi muqotil [ tentaranya ]. Ada diantara mereka yang menjadi ulama’nya dan ada diantara mereka yang menjadi penyandang dananya. Jihad pun juga tidak bisa tegak hanya dengan satu jama’ah saja, akan tetapi memerlukan dukungan ummat secara keseluruhan.
Maka peran ulama’ dalam mengontrol jihad agar berjalan di atas relnya menjadi peran yang sangat penting. Berbagai kritik dan masukan yang datangnya dari ulama’ dan para ihwah manapun yang disampaikan dengan ikhlas untuk kemajuan jihad harus kita terima. Dan janganlah malah dijadikan musuh karena memberikan kritikan dan evaluasi terhadap jihad ini. Ketahuilah bahwa dengan ketaqwaan dan kesantunan kepada sesama ihwah akan memberikan kemenangan. Sebaliknya, tanazu’ dan perselisihan akan menjadikan barisan ini menjadi lemah. [ Amru ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar