Sabtu, 04 Juni 2011

KISAH ORANG-ORANG BURON DALAM ISLAM


 
Ditulis oleh:
Seorang pecinta orang-orang buron, Abû Jandal Al-Azdî
Dari Semenanjung Arabia


 

Wahai Para Pemuda Yang Telah Menceraikan Dunianya…[1]

 


Wahai para Syuhada', sepengetahuanku kalian adalah syuhada' …
Darah kalian adalah panji dan cahaya bagi kami …
Wahai para Syuhada', aku menangisi kalian dan sudah seharusnya aku menangis …
Orang-orang semacam kalian adalah orang-orang yang terasing dalam agama kami …
Wahai para Syuhada', penduduk semenanjung Arabia menangisi kalian …
Di sana musuh-musuh telah bercokol …
Wahai para Syuhada', kalian ditangisi oleh pedang, dan juga oleh …
Badar, Thoyyibah serta tanah padang pasir …
Wahai para Syuhada', kalian ditangisi oleh payung Ahmad …
Tangisannya adalah darah dari orang yang terluka …
Mereka adalah Syuhada', yang meskipun jasad mereka pergi …
Meninggalkan kami, namun amalan mereka tetap hidup …
Mereka adalah Syuhada', yang telah menanggalkan pakaian kehinaan …
Mereka telah tinggal di atas langit yang tinggi …
Mereka adalah Syuhada', yang telah menyatakan secara tegas karena Alloh …
Menyatakan suatu permasalahan yang para ulama' takut untuk menyatakannya …
Mereka adalah Syuhada', yang telah terbunuh oleh …
Kelompok biadab beserta para hakimnya yang bodoh …
Mereka adalah Syuhada', yang menolak untuk berkhianat terhadap agama mereka …
Agama Nabi yang merupakan jalan yang jelas dan terang …
Mereka adalah para pemuda, yang demi Alloh, sungguh hebat jiwa mereka …
Kalian dihormati, semoga orang-orang pengecut tidak dapat tidur …
Mereka adalah pemuda, yang telah mengorbankan jiwa mereka untuk Alloh …
Tatkala para pengecut telah absen dari perjuangan …
Mereka adalah pemuda, yang telah menghidupkan perasaan umat …
Sejarah mereka dalam pengorbanan adalah cahaya …

Mereka adalah pemuda, yang telah menerangkan dengan darah mereka …

Bagaimana merealisasikan Al Wala' (loyalitas) dan Al Baro' (permusuhan) …
Mereka adalah pemuda, yang telah menceraikan dunia …
Mereka tidak terpedaya dengan wanita yang lembut dan cantik …
Demi Alloh, kalian telah membuat sebaik-baik teladan …
Niscaya kalian akan mendapatkan pahala orang-orang yang mengikuti jejak kalian …
Duhai seandainya aku menjadi rambut kalian …
Wahai para suri tauladan dalam kebaikan, wahai orang-orang yang mulia …
Dalam anggapan kami, kalian telah meraih Firdaus …
Alangkah beruntungnya kalian, alangkah beruntungnya kalian wahai orang-orang yang berbahagia …
Kalian pun menerima berbagai rahmat dan ampunan dari …
Robb kalian yang Maha Mulia, secara deras …
Wahai para pemuda, ketika Nayif melihat mereka …
Dan Fahd ruhnya menggigit penyakit …
Wajahnya berubah lantaran takut yang …
Menyelimuti dirinya, seolah-olah seperti bunglon …
Janganlah kalian bergembira wahai Alu Sa'ud dengan mengumumkan mereka …
Di layar televisi, wahai para pengkhianat …
Karena kemuliaan mereka benar-benar akan menghidupkan generasi sebagaimana …
Ghulam telah menghidupkan generasi, wahai orang pandir …
Generasi yang menghunus pedangnya dan tidak akan tunduk …
Sampai kembali umat yang perwira …
Sampai kembali dua kiblat dan negeri kami …
Dan diusir dari hadapan kami para pendholim itu …
Wahai para pemuda Islam, bangkit dan sambutlah …
Kini telah tiba saatnya untuk mengembalikan bangunan …
Telah tiba saatnya Robb kalian melihat kalian …
Memiliki tekad dalam berperang, dan supaya para syuhada' merasa tenang …


 

Bismillâhirrohmânirrohîm

MUKADDIMAH

            Segala puji bagi Alloh yang telah memudahkan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa menuju keridhoan-Nya. Dan telah menjelaskan jalan hidayah bagi mereka serta menjadikan ittibâ‘ kepada rosul sebagai petunjuk di atasnya. Yang telah menjadikan mereka sebagai hamba sahaya, maka merekapun mengakui hak peribadatan-Nya serta tidak mau mengambil pelindung selain-Nya. Dialah yang menetapkan keimanan di dalam hati mereka serta menguatkannya dengan h dari-Nya ketika mereka ridho Alloh sebagai robbnya, Islam sebagai agamannya dan Muhammad sebagai rosulnya.
            Dan segala puji bagi Alloh yang telah menjadikan dalam zaman-zaman kekosongan, orang yang dapat menjelaskan sunnah para rosul. Yang telah menetapkan ketentuan khusus untuk ummat ini, yaitu di dalam diri mereka akan selalu ada satu kelompok yang berada di atas kebenaran, mereka tidak terpengaruh oleh orang yang tidak menterlantarkan mereka atau menyelisihi mereka sampai tiba keputusan dari-Nya, meskipun berbagai kelompok dari kalangan jin maupun manusia telah berkumpul untuk memerangi mereka. Mereka ajak orang sesat kepada petunjuk, bersabar atas gangguan dari mereka, memberikan penglihatan kepada orang-orang yang buta dengan cahaya Alloh. Mereka hidupkan orang-orang mati dengan kitab-Nya. Merekalah manusia yang paling baik ajarannya, paling lurus kata-katanya; betapa banyak orang yang terbunuh oleh iblis mereka hidupkan, orang sesat dan bodoh yang tidak mengerti jalan petunjuk mereka tuntun ke jalan yang lurus, ahli bid‘ah dalam din Alloh mereka lempari dengan pelontar-pelontar api kebenaran, sebagai bentuk jihad di jalan Alloh serta dalam rangka mencari keridhoan-Nya, sebagai keterangan dan bukti-bukti nyata dari hujjah-hujjah-Nya untuk seluruh semesta alam. Karena mencari kedekatan di sisi-Nya, untuk memperoleh keridhoan dan jannah-Nya; maka merekapun memerangi orang-orang yang keluar dari agamanya yang benar, dan dari jalan-Nya yang lurus, yaitu merekalah orang-orang yang memasang panji-panji kebid‘ahan, menarik tali kekang fitnah, menyelisihi dan saling berselisih perihal Al-Qur’an serta sepakat untuk memisahkan diri darinya, mereka campakkan ia di belakang punggungnya serta rela terhadap yang selain sebagai gantinya.
            Aku memuji-Nya dan Dialah yang berhak dipuji dalam semua yang Ia takdirkan dan Ia tentukan. Dan aku memohon pertolongan kepada-Nya, sebuah permintaan pertolongan dari orang yang mengerti bahwa tidak ada robb selain Dia, tidak ada ilâh (sesembahan yang hakiki) kecuali Dia. Aku memohon petunjuk kepada-Nya jalan yang ditempuh orang-orang yang telah Ia beri nikmat dari mereka yang Ia pilih untuk bisa menerima kebenaran sekaligus meridhoinya.
            Aku juga bersyukur kepada-Nya, dan kesyukuran ini menjamin adanya tambahan pemberian-Nya. Aku memohon ampun kepada-Nya dari berbagai dosa yang menjadi penghalang antara hati dan petunjuk-Nya. Dan aku berlindung kepada Alloh dari kejahatan diriku serta keburukan perbuatanku; permintaan lindungan dari seorang hamba yang lari menuju robbnya dengan membawa dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya. Aku berlindung kepada-Nya dari godaan-godaan nafsu yang keras kepala, dan kebid‘ahan yang menyesatkan, tidaklah merugi orang yang berada di waktu pagi dalam keadaan berlindung kepada-Nya, dan berada di dalam penjagaan-Nya.
            Dan aku bersaksi bahwa tidak ada ilâh (sesembahan yang hakiki) selain Alloh, satu-satu-Nya dan tiada sekutu bagi-Nya. Sebuah persaksian yang aku persaksikan bersama orang-orang yang bersaksi, aku pikul bebannya dari orang-orang yang membangkang, dan aku menyimpannya di sisi Alloh sebagai bekal untuk menghadapi hari berbangkit. Akupun bersaksi bahwa yang halal adalah apa yang Alloh halalkan, yang haram adalah yang Ia haramkan dan agama itu adalah apa yang Ia syari‘atkan, dan bahwasanya hari kiamat pasti tiba tidak ada keraguan di dalamnya serta Alloh pasti membangkitkan penghuni kubur. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya yang terpilih, nabi-Nya yang mendapatkan ridho, rosul-Nya yang benar lagi dibenarkan, di mana beliau tidak berbicara atas dasar hawanafsu, kata-katanya tak lain adalah wahyu yang diwahyukan. Alloh mengutus beliau sebagai rahmat seru sekalian alam, hujjah bagi para penempuh jalan serta bagi seluruh hamba. Alloh telah mengutusnya di zaman kosong dari rosul, maka Allohpun memberi hidayah kepada jalan paling lurus dengannya, menerangkan jalan, mewajibkan para hamba untuk mentaati, mengagungkan, menghormati dan memuliakannya, serta menunaikan hak-hak terhadap beliau. Alloh telah tutup semua jalan menuju-Nya, maka tidak ada seorangpun yang bisa membukanya selain melalui jalannya. Maka Alloh lapangkan dadanya, mengangkat namanya, mengajarinya setelah dulunya bodoh, memberikan penglihatan kepada orang yang tadinya buta, memberikan petunjuk dari kezaliman. Dengan beliau, Alloh telah bukakan mata yang buta, telinga yang tuli serta hati yang tertutup, maka iapun tak hentinya melaksanakan perintah Alloh, tidak ada seorangpun yang mampu menghalanginya. Berdakwah (menyeru) kepada Alloh, tidak dipalingkan oleh orang yang suka memalingkan, hingga tibalah saat risalahnya menerangi bumi setelah gelap sebelumnya, hati-hati bersatu setelah tercerai berai sebelumnya, dakwahnyapun terus berjalan seiring beredarnya matahari pada semua penjuru dunia, agamanya mencapai semua tempat yang terjamah malam dan siang. Tatkala Alloh telah sempurnakan agama-Nya melalui perantara beliau, ia lengkapkan kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman melalui perantara beliau, Allohpun memilihnya sehingga Ia memindahkannya ke Ar-Rofîqu `l-A‘lâ dalam kemuliaan-Nya, tempat yang tertinggi dari tingkatan surga teratas. Akhirnya beliaupun tinggalkan ummat ini, dan beliau tinggalkan mereka di atas hujjah yang jelas; tiada yang menyimpang darinya kecuali ia pasti dari golongan orang-orang yang binasa. Semoga Alloh senantiasa mencurahkan sholawat kepada beliau dan keluarganya yang baik dan bersih, semoga selama masih ada langit dan bumi, tetap tercurah sholawat kepada mereka selamanya, yang tidak akan pindah atau bergeser dari diri mereka. Ammâ ba‘d…
            Kepada para mujahidin yang di atas pundak mereka mengusung perubahan keadaan yang menyedihkan ini. Kepada mereka yang menjadi kaum minoritas lagi tertindas di muka bumi, yang senantiasa takut dilibas manusia. Kepada mereka saya katakan, “Sungguh, sejarah akan senatiasa berulang, dan sunnatullôh akan terus berjalan, siapapun tak akan bisa menghentikannya.
سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلاً
Sebagai sunnatulloh yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnatulloh. (Al Ahzab: 62)
فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ الْأَوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلاً وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلاً
Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnatulloh yang telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu.Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan perubahan pada sunnatulloh, dan sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan penyimpangan pada sunnatulloh itu. (Fathir: 43)
سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلاً
Sebagai suatu sunnatulloh yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan pada sunnatulloh itu. (Al Fath: 23).
 سُنَّةَ مَنْ قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنْ رُسُلِنَا وَلا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيلاً
Kami menetapkan yang demikian sebagai suatu sunnah (ketetapan) bagi rosul-rosul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi sunnah (ketetapan) Kami itu. (Al Isro': 77)
Oleh karena kalian telah bertekad untuk merubah dan membalikkan penguasa kafir yang sekarang sedang berkuasa atas nagara-negara kaum muslimin. Maka, yang mesti kalian pertimbangkan adalah bahwasanya realita ini sangatlah pahit. Sebuah  struktur pemerintahan kafir yang berkuasa, ia yang mengendalikan keuangan dan informasi, mengendalikan sejumlah ulama dan berbagai sumber daya, mengendalikan berbagai kelompok dan partai yang berjejal dalam tubuh dunia Islam, sejak dari kelompok dan partai yang kafir, sesat, bid‘ah hingga kelompok Islam yang kalah mental…dst. Sementara itu, kaum muslimin telah merasakan hidup selama puluhan tahun di bawah kehinaan dan perbudakan seperti ini. Sungguh, kini mereka telah menjadi generasi yang kalah sebelum bertempur. Adapun kalian, kalianlah generasi pembawa perubahan, kalian telah menempuh langkah yang telah ditempuh oleh para pendahulu kalian: Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam serta para shahabatnya ~ridlwânullôhi ‘alaihim~. Oleh karena itu, teruslah berjalan, sesungguhnya mereka dulupun berjalan dalam realita yang pahit juga, dan dalam kondisi yang mengenaskan bagi umat manusia. Kemudian ~atas anugerah Alloh SWT~ mereka bisa membalikkan keadaan mereka serta bangkit secara serempak di hadapan kekufuran, kedzaliman dan keangkaramurkaan. Dan hanya dalam beberapa tahun saja, mereka taklukan semenanjung Arab, mereka tancapkan pilar-pilar negara Islam, kemudian mereka bergerak menaklukkan dunia. Dalam waktu kurang dari setengah abad, negara Islam telah terbentang mulai dari India, Sind dan China pada arah timur, hingga ke Maroko, dan Spanyol pada arah barat.
            Semua itu tidak datang dengan cuma-cuma, namun mereka harus tetapkan diri mereka untuk menanggung sulitnya jalan; mereka diusir, disiksa, dipenjara bahkan dibunuh serta dipisahkan dari keluarga dan hartanya. Namun akhirnya, hasil akhir itu menjadi milik mereka. Kini, lihatlah sejarah, ia mulai berulang kembali, kalian adalah anak cucu para shahabat, kalian berjalan di atas manhaj  mereka dengan izin Alloh, kalian ikuti jejak mereka dalam perjalanan melakukan perubahan. Maka bersabarlah menanggung kepayahan dan kesulitan yang kalian hadapi, pertolongan itu sudah dekat dengan izin Alloh, maka waspadalah! Sekali lagi, waspadalah jangan sampai mundur atau merubah langkah, dan saya berdoa kepada Alloh agar diberi keteguhan. 
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً * وَلَمَّا رَأى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَاناً وَتَسْلِيماً * مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh. Dan tatkala orang-orang mu'min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Alloh dan Rosul-Nya kepada kita".Dan benarlah Alloh dan Rosul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. Di antara orang-orang mu'min itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Alloh; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah (janjinya). (Al Ahzab: 21-23)
            Sayyid Qutb rohimahulloh berkata di dalam buku Hâzda `d-Dîn, "Hari pertama kedatangan Islam, ia berhadapan dengan sebuah kenyataan besar; kenyataan di Jazirah Arab, kenyataan di seluruh bola bumi…! Berhadapan dengan beraneka ragam keyakinan dan pandangan, berhadapan dengan bermacam norma dan timbangan, berhadapan dengan berbagai sistem dan kondisi, berhadapan dengan berbagai kepentingan dan fanatisme golongan… Ketika itu, jurang pemisah antara Islam, ketika ia baru pertama kali datang, dengan manusia di semenanjung  Arab serta di seluruh dunia sangatlah jauh dan dalam, sedangkan target perubahan yang dikehendaki teramat jauh…amat jauh.
            Sedangkan yang melatar belakangi kenyataan tersebut adalah sejarah yang berabad-abad, kepentingan yang bermacam-macam dan kekuatan yang banyak. Semuanya berdiri menghadang di depan agama ‘baru’ ini; di mana agama ini tidak hanya ingin merubah keyakinan dan carapandang, norma dan timbangan, budaya dan adat, akhlak dan perasaan … tapi ia juga ingin ~dan tak henti-hentinya~ untuk merubah hukum dan perundang-undangan, syari’at dan aturan bahkan dalam urusan pembagian harta dan rezeki. Sebagaimana ia bersikukuh untuk merebut kepemimpinan terhadap umat manusia dari tangan taghut dan jahiliyyah, untuk mengembalikannya kepada Alloh dan kepada Islam!
Seandainya saja saat itu kita katakan kepada siapapun orangnya, bahwa agama baru inilah yang akan merubah semua ini, di hadapan realita yang sungguh dahsyat, di mana ia ditopang dengan kekuatan seluruh dunia, bahwa agama inilah yang akan menang, ialah yang akan menggantikan kondisi sekarang ini dalam kurun waktu kurang dari setengan abad, tentu kata-kata ini hanya akan menuai cercaan, hinaan dan penolakan!
            Namun demikian, kenyataan ini betigu cepat berpindah dari tempatnya, untuk ia kosongkan sebagai tempat bagi ‘si pendatang baru’. Dan ternyata, begitu cepat sang pemimpin baru menerima tampuk kepemimpinan umat manusia untuk ia keluarkan dari kegelapan menuju cahaya dan dia atur dengan syari‘at Alloh, di bawah bendera Islam!
            Bagaimana perkara ini bisa terjadi, padahal semula ia tampak mustahil dalam perkiraan orang yang kuwalahan menghadapi kenyataan tersebut dan dilindas oleh kerasnya beban-bebannya, serta merekalah yang selalu mempertimbangkan berbagai urusan dan realita yang ada?!
            Bagaimana bisa, hanya satu orang, Muhammad bin ‘Abdullôh shollallohu 'alaihi wa sallam, berdiri seorang diri di hadapan dengan seluruh dunia, atau paling tidak di hadapan jazirah Arab semuanya di awal-awal? Atau paling tidak di hadapan kaum Quraisy, si penguasa seluruh dunia arab kala itu, di awal-awal perintisan dakwah? Di hadapan semua keyakinan, pandangan, nilai dan timbangan, hukum dan undang-undang, kepentingan dan fanatisme kelompok, setelah itu ia bisa menang melawan semuanya, mengganti semuanya, dan mendirikan perundangan baru, di atas pondasi manhaj yang baru serta cara pandang baru?
            Ia tidak memperlunak keyakinan dan pandangan hidup mereka, tidak ber mudâhanah  (kompromi) terhadap perasaan dan pembawaan hati mereka, tidak ber mudâhanah terhadap sesembahan dan para pemimpin mereka … tidak tidak akan diam sebelum berkuasa …sesungguhnya ia diperintahkan untuk mengatakannya sejak beberapa hari pertama, ketika ia masih di Mekkah, ketika semua kekuatan mengeroyoknya:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ * لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ *وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُد * وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ *وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Katakanlah:"Hai orang-orang kafir!" aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku. (Al Kafirun: 1-6)
            Ia tidak hanya memproklamirkan perpecahan antara agama dia dengan agama mereka, ibadah dia dengan ibadah mereka, pemisahan diri dengan mereka ini adalah buat selamanya. Ia juga diperintah agar jangan mengharapkan pertemuan pada satu titik dengan mereka di masa mendatang. Maka iapun berulang kali menegaskan kepada mereka:
وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ *وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
Dan agar terus-menerus bersikukuh dalam melaksanakan pemisahan diri dalam urusan ini, di mana tidak akan lagi pernah bertemu:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku.
Ia juga tidak menampakkan kepada mereka seolah ia punya kekuasaan tersembunyi, kelebihan-kelebihan tak manusiawi, ataupun tempat-tempat rahasia. Tetapi ia diperintahkan agar mengatakan kepada mereka:
قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ
Katakanlah:"Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku. Katakanlah:"Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat". Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya). (Al An'am: 50)
Ia juga tidak mengobral janji berupa jabatan dan harta ghanimah kepada orang yang mau mengikutinya, di saat ia menang melawan musuh-musuhnya. Ibnu Ishaq berkata, “Adalah Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam menawarkan diri kepada para kabilah di musim hajji, beliau mengatakan:
يا بني فلان، إني رسول الله إليكم، يأمركم أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئاً، وأن تخلعوا ما تعبدون من دونه من هذه الأنداد، وأن تؤمنوا بي وتصدقوا بي، وتمنعوني حتى أبين عن الله ما بعثني به
“Wahai Bani Fulân, sesungguhnya Aku adalah seorang Rosul yang Alloh utus kepada kalian, Dia memerintahkan kalian agar beribadah (hanya) kepada-Nya serta tidak mensekutukan dengan sesuatu apapun, dan hendaknya kalian melepas semua yang kalian sembah selain-Nya dari tandingan-tandingan ini, dan hendaknya kalian beriman dan membenarkanku, serta melindungi diriku sampai aku terangkan apa yang Alloh utus kepadaku.”
            Ibnu Ishaq berkata, Telah menceritakan kepadaku Az-Zuhri, bahwasanya beliau mendatangi Bani Amir bin Sho‘sho‘ah, maka beliau menyeru mereka kepada Alloh U, serta menawarkan diri kepada mereka. Kemudian ada seorang dari mereka bernama Baijuroh bin Farôs mengatakan, “Demi Alloh, seandainya aku menuruti pemuda Quraisy ini, bangsa arab akan memangsanya!” lalu ia bertanya, “Bagaimana, jika kami berbai‘at mentaati perintahmu, kemudian Alloh menangkan engkau atas musuhmu, adakah bagian kekuasaan yang akan kami terima sepeninggalmu?” beliau menjawab, “Urusan itu semuanya milik Alloh, Dia letakkan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.”
            “Apakah engkau akan jadikan leher-leher kami menjadi sasaran bangsa arab, lantas jika Alloh menangkan engkau, kami tidak mendapatkan jatah apapun? Kami tidak butuh kepada urusanmu!” akhirnya merekapun menolak beliau.
            Kalau begitu sejarahnya, lantas bagaimana bisa terjadi apa yang telah terjadi? Bagaimana satu orang saja kuat mengalahkan realita yang ada kala itu?
            Beliau tidak mengalahkan keadaan semata-mata dengan mukjizat di luar kebiasaan yang tidak pernah terulang, beliau telah nyatakan terang-terangan bahwa beliau tidak bekerja di lading ini dengan kejaiban, beliau juga tidak pernah sekali saja mengabulkan permintaan mereka untuk melakukan perbuatan di luar kewajaran. Sesungguhnya semua yang telah terjadi itu adalah sunnah yang selalu terulang setiap kali manusia mengambil dan menyambutnya.
            Kemenangan manhaj yang ketika itu terwujud, dikarenakan keterlibatannya secara langsung dalam realita yang nyata, disertai dengan kesiapan fitroh yang tersembunyi, sebuah fitroh yang besar dan kokoh, yang tidak terkalahkan oleh hiruk-pikuknya kenyataan yang kasat mata, ketika ia ketika ia membebaskan diri, dikumpulkan dan diarahkan, kemudian dilepaskan ke target yang telah direncanakan.
            Sungguh, berbagai keyakinan yang rusak dan menyimpang saat itu memandang hati manusia. Sembahan-sembahan palsu itu penuh sesak memenuhi teras Ka‘bah sebagaimana ia juga memenuhi pandangan hidup manusia, akal dan hati mereka. Kepentingan-kepentingan golongan dan ekonomi yang dibangun di atas punggung sesembahan-sembahan palsu, belum lagi kuburan dan perdukunan yang berada di balik semua itu, perundangan-perundangan di tengah kehidupan manusia, terbentang dari pembagian kekhususan penuhanan antar manusia, memberikan para ahli kubur dan sihir hak pengaturan kepada manusia serta dalam peletakkan manhaj kehidupan!!!
            Islampun datang menghadapi semua realita ini dengan konsep Lâ ilâha illallôh, berbicara kepada fithroh yang tidak mengenal adanya ilâh (yang hak) selain Alloh saja, mengenalkan manusia akan sesembahan mereka yang sebenarnya, kekhususan dan sifat-Nya yang dikenal fitroh mereka dari bawah dari bawah reruntuhan dan berbagai timbunan. Alloh ta‘âlâ berfirman:
قُلْ أَغَيْرَ اللّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلاَ يُطْعَمُ قُلْ إِنِّيَ أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ وَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكَينَ * قُلْ إِنِّيَ أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ * مَّن يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ * وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدُيرٌ * وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ * قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادةً قُلِ اللّهِ شَهِيدٌ بِيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأُنذِرَكُم بِهِ وَمَن بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُل لاَّ أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَـهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
Katakanlah:"Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan". Katakanlah:"Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Alloh). Katakanlah:"Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Robbku. Barangsiapa yang dijauhkan azab daripadanya pada hari itu, maka sungguh Alloh telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata. Jika Alloh menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya selain Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Katakanlah:"Siapakah yang lebih kuat persaksiannya. Katakanlah:"Alloh. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Qur'an ini dwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada ilah-ilah yang lain disamping Alloh". Katakanlah:"Aku tidak mengakui". Katakanlah:"Sesungguhnya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Alloh)". (Al An'am: 14-19)
Dan Alloh SWT berfirman:
قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ قُل لاَّ أَتَّبِعُ أَهْوَاءكُمْ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ * قُلْ إِنِّي عَلَى بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّي وَكَذَّبْتُم بِهِ مَا عِندِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلّهِ يَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ * قُل لَّوْ أَنَّ عِندِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الأَمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَاللّهُ أَعْلَمُ بِالظَّالِمِينَ * وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ * وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُم بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُّسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ * وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُم حَفَظَةً حَتَّىَ إِذَا جَاء أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لاَ يُفَرِّطُونَ * ثُمَّ رُدُّواْ إِلَى اللّهِ مَوْلاَهُمُ الْحَقِّ أَلاَ لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ * قُلْ مَن يُنَجِّيكُم مِّن ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً لَّئِنْ أَنجَانَا مِنْ هَـذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ * قُلِ اللّهُ يُنَجِّيكُم مِّنْهَا وَمِن كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنتُمْ تُشْرِكُونَ * قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
Katakanlah:"Sesungguhnya aku dilarang menyembah ilah-ilah yang kamu sembah selain Alloh". Katakanlah:"Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demukian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk". Katakanlah:"Sesungguhnya aku (berada) di atas hujjah yang nyata (al-Qur'an) dari Robbku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah wewenangku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Alloh. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik. Katakanlah:"Kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu telah diselesaikan Alloh urusan yang ada antara aku dan Kamu. Dan Alloh lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim. Dan pada sisi Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melaimkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada sing hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Alloh-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi atas semua hamba-Nya, dan diutusnya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudan mereka (hamba Alloh) dikembalikan kepada Alloh, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat. Katakanlah:"Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut (dengan mengataka):"Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur. Katakanlah:"Alloh menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya. Katakanlah:"Dia yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu kepada keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya). (Al An'am: 56-65)
            Sang fithrohpun mendengarkan suara lama, yang memanggilnya dari balik hiruk-pikuk realita yang berat, di dalam kegamangan yang tak berujung, iapun menjadi teguh kepada ilâh satu-satunya, dakwah barupun menang atas realitas berat tadi!
            Dan ketika manusia mulai sadar untuk kembali kepada ilâh Yang Mahaesa, iapun menolak kalau ada manusia menyembah manusia, semua orangpun mendongakkan kepala satu sama lain di hari ketika semua kepala menunduk kepada ilâh yang satu, Yang Mahamemaksa atas para hamba-Nya. Dan, selesailah peradaban ketinggian darah, ketinggian suku, kemuliaan warisan, hukum dan kekuasaan warisan.
            Namun…bagaimana semua ini bisa terjadi?
            Dulupun terjadi realita kepentingan kelompok di balik kepentingan-kepentingan kasta dan ras, material maupun moral. Sebuah realita yang merata di jazirah Arab, bahkan telah mereta di wilayah-wilayah sekitarnya. Realitas yang tidak ada seorangpun berani menentang, sebab orang yang berkepentingan terhadapnya tidak pernah merasa bosan, orang-orang yang lemah di bawahnya tidak mengingkarinya!
            Bangsa Quraisy dulu menamakan dirinya “Al-Hams” serta menetapkan hak-hak dan ikatan-ikatan yang tidak dimiliki semua bangsa arab yang lain. Mereka melaksanakan hajji di Muzdalifah ketika semua orang melaksanakannya di Arofah! Dengan kelebihan-kelebihan ini, mereka mengambil kepentingan-kepentingan ekonomi yang mereka wajibkan kepada semua penduduk Arab, semuanya mereka wajibkan untuk tidak berthowaf di Ka‘bah kecuali menggunakan pakaian yang dibeli dari mereka, kalau tidak mau, mereka terpaksa thowaf dengan telanjang!
            Seluruh dunia yang berada di sekeliling Jazirah Arab kala itu rebut dengan berbagai pertikaian yang dipicu oleh perbedaan darah, suku dan tingkatan sosial…
            Masyarakat Iran berdiri di atas landasan keturunan dan profesi. Antar kelas di dalam masyarakat terdapat lobang besar tak berjempatan serta tidak ada penghubung. Pemerintah melarang kepada semua orang untuk membeli ladang milik seorang pemimpin atau orang besar. Di antara prinsip politik sasan adalah hendaknya masing-masing orang mesti menerima garis keturunan yang ia tempati, tak usah mengharap yang lebih tinggi. Seseorang tidak boleh mengambil profesi selain yang telah Alloh ciptakan untuknya. Para penguasa Iran tidak mengangkat orang yang mempunyai derajat rendah untuk memegang tugas-tugas mereka. Demikian juga dengan rakyat secara umum, mereka berada dalam kasta-kasta tertentu, sebagian memiliki hak istimewa yang begitu mencolok, dan masing masing memiliki basis sendiri-sendir di dalam masyarakat.
            Para kisra, penguasa persi, mengklaim bahwa dalam dirinya mengalir darah tuhan. Sedangkan bangsa persi sendiri memandang mereka layaknya tuhan serta mendendangkan nyanyian mengenai ketuhanan mereka. Mereka juga memandang bahwa para raja itu berada melampaui di atas undang-undang, di atas kritikan dan di atas manusia biasa. Mereka tidak berani menyebut nama para raja itu dengan lidahnya, tidak ada seorangpun berani duduk di majelis mereka serta meyakini bahwa mereka memiliki hak atas manusia manapun sedangkan manusia tidak punya hak atas mereka. Dan bahwa apa saja dari kelebihan harta yang  mereka berikan kepada seseorang dari kelebihan harta dan secuil kenikmatan mereka, maka berarti itu adalah sedekah dan pemuliaan, tak ada hak menuntut, dan tidak ada pilihan bagi manusia di hadapan mereka selain mendengar dan taat. Mereka juga membuat rumah khusus –yakni semacam rumah-rumahan—mereka meyakini hanya personal-personal dari raja-raja itulah yang berhak untuk mengenakan mahkota, mereka juga mewajibkan pajak tanah. Hak ini mereka wariskan dari satu pembesar ke pembesar berikutnya, ayah dari kakeknya, tidak ada yang merampasnya selain orang dzalim, tidak ada yang menyainginya selain orang hina yang diragukan keturunannya.Jadi mereka menganut agama raja dan waris di dalam rumah raja, tidak akan mencari pengganti dan tidak ada istilah penyeleksian sebagai ganti. Jika mereka tidak temukan orang dewasa yang memerintah mereka, maka mereka angkat anak kecil. Kalau tidak mereka temukan laki-laki, mereka angkat wanita. Karena dulu, pasca kekuasaan Syirwaih yang menjadi raja adalah anak lelakinya, Ardasyir, padahal usianya waktu itu masih tujuh tahun. Farkh Zad Khosru, putra dari Kisra Abrowis juga menjadi raja padahal ia masih kecil. Baurôn putri Kisrô juga mereka angkat menjadi raja, demikian juga dengan putri Kisra kedua yang bernama: “Azromi Dakhot. Tidak pernah terbetik dalam benak mereka untuk mengangkat pemimpin bagi mereka seorang komandan besar atau salah satu pemuka mereka seperti Rustum atau Jaban atau yang lain, sebab mereka bukan dari keluarga kerajaan!
            Hukum kasta yang berlaku di India adalah yang paling bengis dan parah dari yang pernah diperbuat manusia terhadap manusia.
            Tiga abad sebelum kelahiran Al-Masih, di India sudah muncul budaya brahmanisme, dan di sana sudah diletakkan tatanan baru bagi masyarakat India. Di sana disusun sebuah peraturan kependudukan politik yang disepakati dan menjadi undang-undang resmi serta rujukan agama dalam kehidupan negara dan sipilnya, dan itulah yang hari ini dikenal dengan sebutan: “Monosyaster.”
            Hukum adat ini terbagi kepada empat kasta yang berbeda, yaitu:
1-     Brahmana: yaitu tingkatan para dukun dan tokoh agama.
2-     Satria: untuk para tokoh peperangan.
3-     Wisnu : Para petani dan pedagang
4-     Sudra: para pelayan.
            Mano, si pengarang aturan ini mengatakan: Sesungguhnya penguasa mutlak telah menciptakan kemaslahatan alam Brahma dari mulutnya. Syatro adalah para lengan-lengannya sedangkan Waisy adalah pahanya dan Syuder adalah kakinya. Ia membagikan kewajiban-kewajiban demi kemaslahatan alam. Kasta brahmana bertugas mengajarkan “Weda” atau mempersembahkan nadzar bagi para dewa dan membayar sedekah. Kasta Syatro bertugas menjaga manusia, bersedekah dan mempersembahkan nadzar serta mempelajari weda serta nyanyian tentang hawa nafsu. Sedangkan kasta wisnu bertugas menggembalakan binatang ternak serta merawatnya dan membaca weda sekaligus berdagang dan bercocok tanam. Sedangkan kasta sudra tidak punya tugas selain melayani ketiga kasta ini!.
            Peraturan ini telah memberikan kasta brahma beberapa keistimewaan serta menyamakan mereka dengan tuhan. Ia berkata: “Orang-orang brahmana adalah makhluk pilihan tuhan, mereka adalah raja para makhluk dan bahwa semua yang ada di dunia ini adalah raja mereka, sebab mereka adalah makhluk termua dan pemuka bumi. Mereka boleh mengambil harta budak mereka, sudra, sesuka mereka tanpa harus ada alasan, sebab budak itu tidak memiliki hak apapun dan semua hartanya adalah milik tuannya. Dan bahwasanya seorang brahma yang menghafal rek weda (kitab suci mereka) orang yang sudah diampuni, meskipun ia membinasakan tiga kasta yang lain dengan dosa-dosa dan perbuatannya. Dan seorang raja tidak diperbolehkan –walaupun dalam kondisi mendesak dan paceklik sekalipun—menjadikan hidup kasta brahmana dalam pajak, atau mengambil upeti, tidak dibenarkan ada seorang brahmana mati kelaparan. Dan jika ada seorang brahmana yang berhak dibunuh, maka ia cukup digundul kepalanya, sedangkan kalau orang lain yang melakukan hal sama, ia harus dibunuh!.
            Adapun kasta satria, meski mereka berada dua strip di atas dua kasta lain (wisnu dan sudra) namun mereka jauh berada di bawah brahmana. Mano berkata, “Sesungguhnya seorang brahmana yang berusia sepuluh tahun, ia lebih tinggi kedudukannya daripada orang satria yang berusia mendekati seratus tahun, seperti lebih tingginya seorang ayah di atas anaknya!
            Adapun satria, kelompok tersisih, mereka dalam masyarakat hindu berdasarkan ketetapan peraturan kependudukan dan agama ini lebih rendah daripada hewan serta lebih hina daripada anjing. Peraturan ini dengan terang-terangan mengatakan: “Kebahagiaan bagi kasta syuder ketika ia melayani kasta brahma, mereka tidak perlu mendapat upah atau imbalan tanpa itu. Mereka juga tidak boleh mengumpulkan harta atau menyimpan harta, sebab itu akan menyakiti kasta brahmana! Kalau ada dari kasta tersisih ini yang mengacungkan tangan atau tongkat untuk memukulnya, maka tangannya harus dipotong. Jika ia menendangnya karena marah, kakinya harus ditanggalkan. Jika ada dari mereka yang coba-coba duduk satu majelis dengan kasta brahma, maka raja harus menyeterika pantatnya, atau memboikot atau mengasingkannya dari negeri. Adapun kalau menyentuh dengan tangan, atau mencacinya, maka lidahnya harus dicabut. Kalau ia mengaku-ngaku telah mengajari seorang brahma, ia harus diberi minum dengan minyak yang mendidih. Dan denda membunuh kucing, katak, cicak, burung gagak dan burung hantu, dengan membunuh seorang lelaki dari kasta tersingkir itu sama!!!”
            Adapun budaya romawi yang terkenal itu, ia terbangun di atas asas kemewahan yang mana tiga perempat dari penduduknya berperan sebagai sahaya, sedangkan seperempat sisanya adalah orang-orang mulia! Juga dibangun di atas pemilahan dalam konteks perundang-undangan antara majikan dan sahaya, antara kelas masyarakat mulia dengan rendahan:
            Di dalam naskah Gustinian, sebuah undang-undang yang cukup masyhur, disebutkan:
“Dan barangsiapa yang merayu seorang janda yang jujur atau seorang gadis, maka hukumannya, jika ia berasal dari kalangan kelas orang mulia adalah menyerahkan separo hartanya. Namun jika dia dari kalangan masyarakat rendahan, maka hukumannya adalah didera serta diasingkan dari negeri.”
            Nah, ketika fakta seperti ini merata di saentero penjuru bumi, Islam mengetuk fitroh dari bawah hiruk-pikuk kenyataan. Fithroh yang mengingkari dan tidak mengenal semua ini sebagai perbuatan baik. Dan sambutan fithroh terhadap seruan Islam ini jauh lebih kuat dibandingkan kenyataan yang berat ini.
            Terdengar suara fithroh untuk kepada Alloh Swt mengatakan kepada seluruh manusia:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa di antara kalian. (Al Hujurot: 13)
            Fithroh untuk kembali kepada Alloh ta'ala ini juga terdengar mengatakan khusus kepada bangsa Quraisy:
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاس
Kemudian bertolaklah kalian dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafat). (Al Baqoroh:199)
Ia juga mendengarkan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam  bersabda kepada manusia seluruhnya:
يا أيها الناس إن ربكم واحد، وان أباكم واحد كلكم لآدم وآدم من تراب إن أكرمكم عند الله اتقاكم وليس لعربي على عجمي، ولا لعجمي على عربي، ولا لأحمر على أبيض ولا لأبيض على أحمر فضلٌ إلا بالتقوى
“Wahai manusia, sesungguhnya tuhan kalian adalah satu, ayah kalian adalah satu yaitu Adam, kalian semua berasal dari Adam sedangkan Adam itu dari tanah. Sesungguhnya orang termulia dari kalian di sisi Alloh adalah kalian yang paling bertakwa. Tidak ada keunggulan antara orang arab atas non arab, orang non arab atas orang arab, yang merah atas yang putih, ataupun yang putih atas yang merah, selain dengan ketakwaan.”
Fithroh itu juga mendengarkan beliau bersabda khusus kepada orang Quraisy:
يا معشر قريش.. اشتروا أنفسكم، لا أغنى عنكم من الله شيئاً، ويا بني عبد مناف لا أغني عنكم من الله شيئاً ، يا عباس بن عبد المطلب، ما أغني عنك من الله شيئاً، يا فاطمة بنت محمد سليني ما شئت من مالي ، لا أغني عنك من الله شيئاً
“Hai orang-orang Quraisy, belilah diri kalian. Aku tidak akan memberikan manfaat sedikitpun kepada kalian di sisi Alloh. Hai Bani Abdi Manâf, aku tidak akan memberikan manfaat sedikitpun kepada kalian di sisi Alloh. Hai Abbâs bin Abdul Mutholib, aku tidak akan memberikan manfaat sedikitpun kepada kalian di sisi Alloh. Hai Fâthimah putri Muhammad, mintalah harta sesukamu kepadaku, aku tidak akan memberikan manfaat sedikitpun kepada kalian di sisi Alloh.” (Muttafaq ‘Alaih)
            Fithroh ini mendengar kepada seruan tersambut lalu menyingkirkan hiruk-pikuk kondisi realita, kemudian berangkat bersama manhaj ilahi ... maka terjadilah apa yang terjadi sesuai dengan sunnatulloh yang sudah menjadi kaidah umum dan memungkinkan untuk terjadai kapan saja.
            Saat itu, sistem ribawi sedang merajalela di jazirah Arab dan di atas sistem inilah central perekonomian mereka tegak. Dan jangan dikira bahwa semua itu hanya sebatas hubungan kerja perorangan sempit. Sebab bangsa Quraisy saat itu sudah melakukan perdagangan dalam skala besar dengan Syam di saat ekspidisi musim panas dan dengan Yaman di saat perjalanan di waktu musim dingin. Dalam perdagangan ini, modal-modal bangsa Quraisy diputar. Kita juga tidak boleh lupa bahwa kafilah Abû Sufyan yang diintai kaum muslimin di perang Badar meski kemudian berhasil lolos sebelum akhirnya Alloh ganti dengan yang lebih baik, itu terdiri dari seribu unta penuh muatan komoditi dagang! Seandainya riba saat itu semata-mata hanya muamalah antar personal terbatas saja, bukan sebuah sistem global dalam iklim perekonomian, tentu tidak selayaknya mendapatkan serangan menakutkan yang beruntun di dalam Al-Qur’an serta tidak diikuti dengan serangan susulan dari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam di dalam hadistnya.
            Semua harta ini, semua aktifitas perdangan dan perekonomian yang tegak di atasnya, adalah tegak di atas asas sistem ribawi. Dalam sistem ini pulalah kira-kira perekonomian negara-negara berkumpul sebelum masa diutusnya Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam. Demikian juga sistem kehidupan di Madinah. Pelaku perekonomian di sana adalah yahudi, padahal riba merupakan landasan perekonomian yahudi!.
            Inilah fakta perekonomian yang menjadi penopang kehidupan negeri-negeri kala itu.
            Setelah itu, datanglah Islam. Ia datang mengingkari asas dzalim dan jahat ini dengan memberikan asas lain sebagai ganti: Asas zakat, peminjaman ringan, sistem ta‘âwun dan takâful.
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُم بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُواْ إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَن جَاءهُ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِ فَانتَهَىَ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ * يَمْحَقُ اللّهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ * إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ * يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ * فَإِن لَّمْ تَفْعَلُواْ فَأْذَنُواْ بِحَرْبٍ مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُؤُوسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُونَ وَلاَ تُظْلَمُونَ * وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَن تَصَدَّقُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ * وَاتَّقُواْ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
Orang-orang yang menginfaqkan hartanya pada waktu malam dan pada waktu siang hari secara tersembunyi maupun secara terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Robbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Orang-orang yang makan harta riba itu tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Hal itu disebabkan karena mereka mengatakan, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Alloh telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Maka, barangsiapa yang telah sampai kepadanya larangan dari Robbnya, lalu terus berhenti (tidak memakan harta riba lagi), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Alloh. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni nerakan; mereka kekal di dalamnya. Alloh memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Alloh tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal sholeh, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Robbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Alloh dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Alloh dan Rosul-Nya akan memerangimu. Dan jika kalian bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi kalian pokok harta kalian; kalian tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui. Dan peliharalah diri kalian dari (siksa yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Alloh. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya. (Al Baqoroh: 274-281)
            Fithroh suci ini menemukan bahwa dakwah untuk kembali kepada Alloh ini lebih baik daripada keadaan dia sekarang, ia merasa tidak suka terhadap asas rendahan di mana sistem ribawi tegak di atasnya. Bersamaan dengan beratnya berpindah dari realita perekonomian yang menopang kehidupan manusia, hanya sambutan fithroh ini lebih kuat daripada beratnya kenyataan dan fithroh ini membersihkan masyarakat muslim dari noda jahiliyyah tersebut. Dan terjadilah apa yang sudah terjadi sesuai sunnatullôh yang akan terus berulang, setiap kali  fithroh ini diseru lantas ia bangkit dari bawah tumpukan dan puing-puing!.
            Kita cukupkan dalam tiga contoh akan bagaimana fithroh itu mampu mengalahkan kenyataan, bagaimana ia bisa bangkit dari bawah tumpukan dan puing reruntuhan serta keberhasilannya untuk menang atas realita luar yang dilahirkan oleh budaya-budaya jahiliyyah. Itu juga menggambarkan akan kenyataan sebuah akidah serta cara pandang sekaligus kenyataan dari kondisi realita dan sikap-sikap mengekor…kenyataan perekonomian dan hubungan muamalah. Itu merupakan warna paling kuat dari sebuah kenyataan dari sisi pandang orang yang tidak mengerti akan kekuatan sebuah akidah dan kekuatan fithroh, seolah itulah satu hakikat yang menentukan yang tidak terkira bagi fithroh maupun akidah!.
            Sesungguhnya Islam tidak berhenti pasrah, lemah dan terbelenggu kedua tangannya di hadapan realita seperti ini. Tetapi Islam menolaknya, atau menggantinya serta menggantikan posisinya dengan bangunannya yang tinggi dan unik, di atas asasnya yang kokoh dan mendalam.
            Apa yang sudah terjadi, mungkin saja akan terjadi lagi untuk kedua kalinya. Dulupun terjadi apa yang sudah pernah terjadi sesuai sunnah yang berjalan, bukan sesuai sebuah mukjizat yang tak wajar. Bangunan itu berdiri di atas kemurnian fitroh yang tersimpan dalam diri setiap orang yang ingin menyelamatkan kemurnian tersebut, mengumpulkan, mengarahkan dan melepaskannya pada arahan yang benar.
            Manusia hari ini mungkin saja lebih dari mampu untuk berada di atas arahan yang benar ini berdasarkan apa yang sudah terdapat secara pasti dalam sejarah dan kehidupannya dari bekas bekas bentangan generasi pertamanya tersebut di mana ia menghadapi perlawanan paling keras, kemudian setelah itu berjalan pada jalannya serta meninggalkan bekas paling mendalam setelah itu…”



Ditulis oleh : Sang pecinta para buron,
Abû Jandal Al-Azdî
10/ 11/ 1424 H
Semoga Alloh palingkan pendengaran dan penglihatan para thoghut serta antek-anteknya dari beliau.


[1] - Syair Abu 'Abdulloh Az Zulaithini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar